Selasa, 27 Maret 2018

PRINSIP DASAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN



     
PRINSIP DASAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN 







     Teknologi dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan karena pembelajaran modern akan mampu mendongkrak peningkatan dalam kinerja pendidikan. Sudah bukan saatnya lagi sibuk dengan metode konvensional yang identik dengan ceramah dan pemberian tugas yang membuat anak semakin bosan untuk belajar. Pembelajaran Multimedia punya kekuatan yang dahsyat dalam menyajkan pembelajaran yang nyaris tak pernah membosankan.

Mayer (2009) menyebutkan bahwa multimedia merupakan sarana pendukung yang pengiriman pesan-pesan pembelajaran (instruksional), yakni dengan memanfaatkan pancaindera manusia untuk menerima pesan-pesan instruksional. Ada tiga sudut pandang multimedia yaitu media pengiriman, mode presentasi, dan modalitas sensori. Untuk lebih jelasnya dapat d ilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Tiga Pandangan Multimedia
Pandangan
Definisi
Contoh
Media pengiriman
Dua atau lebih alat pengiriman
Layar komputer, amplifier speaker; proyektor dan atau suara penceramah
Mode Presentasi
Refresentasi verbalatau pictoral
Teks on screen dan animasi, teks cetak dan ilustrasi
Modalitas sensori
Indra auditori atau visual
Narasi dan animasi; ceramah dan slide

    Pandangan Definisi Contoh Media pengiriman Dua atau lebih alat pengiriman Layar komputer, amplifier speaker; proyektor dan atau suara penceramah Mode Presentasi Refresentasi verbal atau pictoral Teks on screen dan animasi, teks cetak dan ilustrasi Modalitas sensori Indra auditori atau visual Narasi dan animasi; ceramah dan slide
Lebih lanjut Mayer menjelaskan bahwa multimedia menawarkan  teknologi pembelajaran yang berpotensi kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran manusia. Desain multimedia dalam pembelajaran berpusat pada dua pokok yaitu technology centered (berpusat pada teknologi multimedia) dan learner centered (berpusat pada subjek belajar/mahasiswa), secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.Pandangan tentang Desain Multimedia


Pandangan Desain
Titik Awalan
Tujuan
Isu-isu
Technology-Centered
Kapabilitas-kapabilitas teknologi multimedia
Memberi akses ke informasi
Bagaimana kita menggunakan teknologi canggih dalam mendesain presentasi multimedia
Learner – Centered
Bagaimana otak manusia bekerja
Membantu kognisi manusia
Bagaimana kita mengadaptasi teknologi multimedia untuk membantu kognisi manusia

      Pandangan Desain Titik AwalanTujuanIsu-isuTechnology-CenteredKapabilitas-kapabilitas teknologi multimediaMemberi akses ke informasiBagaimana kita menggunakan teknologi canggih dalam mendesain presentasi multimediaLearner – CenteredBagaimana otak manusia bekerjaMembantu kognisi manusiaBagaimana kita mengadaptasi teknologi multimedia untuk membantu kognisi manusia
Penyampaian pesan pembelajaran melalui multimedia, memberikan kemudahan-kemudahan bagi pembelajar (mahasiswa) untuk dapat memahami sesuai yang diajarkan. Teknologi informasi sangat memungkinkan untuk menyiapkan aplikasi multimedia pembelajaran, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat didukung dengan aplikasi teknologi informasi multimedia.

                 Dalam pembelajaran, multimedia sangat membantu guru dalam menyampaikan materi. Multimedia terdiri dari tiga level yaitu didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk mengirimkan pesan (media pengirimannya), format-format representasi yang digunakan untuk menyajikan pesan (mode-mode presentasinya seperti gambar, teks dan lain-lain), dan modalitas inderawi yang digunakan pengguna/siswa untuk menerima pesan (pancaindera). Multimedia pembelajaran bukan hanya sekedar perpaduan berbagai media tanpa ada landasan atau pendekatan sebagai dasar pembelajarannya. Berikut akan dibahas pendekatan dan prinsip-prinsip dalam multimedia pembelajaran.

a.   Prinsip Multimedia
     Prinsip multimedia berbunyi murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada dari kata-kata saja (Mayer, 2009:93). Yang dimaksudkan dengan kata-kata adalah teks tercetak di layar yang dibaca pengguna atau teks ternarasikan yang didengar pengguna melalui speaker atau headset. Yang dimaksudkan dengan gambar adalah ilustrasi statis seperti gambar, diagram, grafik, peta, foto, atau gambar dinamis seperti animasi dan video. Clark & Mayer (2011:70) menggunakan istilah penyajian multimedia untuk menyebut segala penyajian yang berisi kata-kata dan gambar.Mayer (2009:93) beralasan bahwa saat kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, siswa punya kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan piktorial dan membangun hubungan di antara keduanya. Sedangkan jika hanya kata-kata yang disajikan, maka siswa hanya mempunyai kesempatan kecil untuk membangun model mental piktorial dan kecil pulalah kemungkinannya untuk membangun hubungan di antara model mental verbal dan piktorial.
     Jadi, Prinsip Multimedia: Murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada  dari kta-kata saja.
     Alasan teoretis : Saat kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan, murid punya kesempatan untuk mengontruksi model-model mental verbal dan pictorial dan membangun hubungan diantara keduanya. Saat kata-kata saja disajikan, murid punya kesempatan untuk membangun model mental verbal namun lebih kecil kemungkinan membangun model mental pictorial dan lebih kecil kemungkinan membuat hubungan diantara model-model mental verbal dan pictorial.
     Alasan Empiris: Dari enam dari Sembilan tes, murid yang menerima teks dan ilustrasi atau narasi dan animasi terbukti berkinerja lebih baik dalam tes retensi daripada murid yang menerima teks saja atau narasi saja. Dalam Sembilan dari Sembilan tes, murid yang menerima teks dan ilustri atau narasi dan animasi berkinerja lebih baik dalam tes transfer daripada murid yang menerima teks saja atau narasi saja.
Agar lebih memahami lagi mengenai prinsp ini maka simaklah deskripsi berikut ini tentang cara pompa ban sepeda bekerja.
“ Saat tangkai ditarik keatas, udara masuk melalui piston dan mengisi area diantara piston dan ketup outlet (khusus mengeluarkan udara). Saat tangkai ditekan kebawah, katup inlet(khusus untuk memasukkan udara), menutup dan pisto mendorong udara melalui katup outlet.”
     Bacaan diatas memberi ringkasan yang sangat singkat  dan padat tentang rantai hubunan sebab-akibat dalam operasi pompa ban sepeda.
     Sekarang, uji baik-baik Figur dibawah., yang menunjukkan versi pictorial dri ranai sebab-akibat ini.

b.  Prinsip Keterdekatan
     Prinsip keterdekatan terbagi dua, yaitu keterdekatan ruang atau keterdekatan kata tercetak dengan gambar yang terkait (Mayer, 2009:119; Clark & Mayer, 2011:92) dan keterdekatan waktu atau keterdekatan kata-kata ternarasi dengan gambar yang terkait (Mayer, 2009:141; Clark & Mayer, 2011:102). Prinsip keterdekatan ruang menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata tercetak dan gambar-gambar yang terkait disajikan saling berdekatan daripada disajikan saling berjauhan (Mayer, 2009:119). Sedangkan prinsip keterdekatan waktu menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan gambar-gambar yang terkait (animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama (simultan) (Mayer, 2009:141).
     Alasan Mayer (2009:119) berkaitan prinsip keterdekatan ruang adalah saat kata-kata dan gambar terkait saling berdekatan di suatu layar, maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif untuk secara visual mencari mereka di layar itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama. Sedangkan untuk keterdekatan waktu, Mayer (2009:141) beralasan bahwa saat bagian narasi dan bagian animasi terkait disajikan dalam waktu bersamaan, siswa lebih mungkin bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori kerja pada waktu bersamaan. Hal ini lebih memungkinkan siswa untuk membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual.
c.   Prinsip Modalitas
Prinsip modalitas menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi (kata yang terucapkan) daripada dari animasi dan kata tercetak di layar (Mayer, 2009:197). Berdasarkan teori kognitif dan bukti riset, Clark & Mayer (2011:117) menyarankan untuk menarasikan teks daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar (statis maupun bergerak) menjadi fokus kata-kata dan saat keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan.
Mayer (2009:197) beralasan bahwa jika gambar-gambar dan kata-kata sama-sama disajikan secara visual, maka saluran visual akan menderita kelebihan beban tapi saluran auditori tidak termanfaatkan. Jika kata-kata disajikan secara auditori, mereka bisa diproses dalam saluran auditor, sehingga saluran visual hanya memproses gambar.

d.  Prinsip Koherensi
     Prinsip koherensi menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika hal-hal ekstra disisihkan dari sajian multimedia (Mayer, 2009:167). Prinsip koherensi terbagi atas tiga versi, yaitu pembelajaran siswa terganggu jika gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer, 2009:170; Clark & Mayer, 2011:159), pembelajaran siswa terganggu jika suara dan musik menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer, 2009:181; Clark & Mayer, 2011:153), dan pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak dibutuhkan disisihkan dari presentasi multimedia (Mayer 2009:188; Clark & Mayer, 2011:166).
     Mayer (2009:167) mengemukakan alasan teoretis bahwa materi ekstra selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian siswa dari materi yang penting. Hal-hal ekstra juga bisa menganggu proses penataan materi dan bisa menggiring siswa untuk menata materi di atas landasan tema yang tidak sesuai.

e.   Prinsip Redundansi
     Prinsip redundansi menyatakan bahwa siswa belajar lebih baik dari gambar dan narasi daripada dari gambar, narasi, dan teks tercetak di layar (Mayer, 2009:215). Implikasi dari hal ini adalah saran dari Clark & Mayer (2011:125) untuk tidak menambahkan teks tercetak di layar ke gambar yang sedang dinarasikan.
     Clark & Mayer (2011:135) mengemukakan alasan bahwa siswa akan lebih memperhatikan teks tercetak di layar daripada ke gambar yang berkaitan. Saat mata mereka fokus di kata-kata tercetak, siswa tidak bisa melihat ke gambar yang sedang dinarasikan. Juga, siswa berusaha membandingkan teks tercetak dengan narasi yang diucapkan sehingga membebani proses kognitif. Karena itulah, untuk gambar yang sedang dinarasikan, hendaknya tidak ditambahkan teks tercetak di layar.

f.    Prinsip Personalisasi
     Prinsip personalisasi menyarankan agar pengembang multimedia menggunakan gaya percakapan dalam narasi daripada gaya formal (Clark & Mayer, 2011:182). Gaya percakapan di antaranya dicapai dengan menggunakan bahasa orang pertama dan orang kedua serta dengan suara manusia yang ramah.
     Clark & Mayer (2011:184) menyatakan bahwa riset dalam proses diskursus menunjukkan bahwa manusia bekerja lebih keras untuk memahami materi saat mereka merasa berada dalam percakapan dengan seorang teman, daripada sekadar menerima informasi. Mengekspresikan informasi dalam gaya percakapan dapat merupakan cara untuk mempersiapkan proses kognitif siswa. Clark & Mayer (2011:184) menambahkan pula bahwa instruksi yang mengandung petunjuk sosial seperti gaya percakapan mengaktifkan perasaan kehadiran sosial, yaitu perasaan sedang dalam percakapan dengan pengarang. Perasaan kehadiran sosial ini mengakibatkan pembelajar terlibat dalam proses kognitif yang lebih dalam selama belajar dengan berusaha lebih keras memahami apa yang pengarang ucapkan, yang hasilnya adalah hasil belajar yang lebih baik.


g.  Prinsip Segmentasi dan Pra Latihan
     Prinsip segmentasi menyarankan untuk memecah materi pelajaran yang besar menjadi segmen-segmen yang kecil (Clark & Mayer, 2011:207). Saat sebuah materi pembelajaran kompleks, materi itu perlu dibuat menjadi sederhana dengan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang dapat diatur kemunculannya.
     Clark & Mayer (2011:210) beralasan bahwa saat siswa menerima sajian yang berkelanjutan dan berisi konsep-konsep yang saling berhubungan, hasilnya adalah sistem kognitif menjadi kelebihan muatan, terlalu banyak pemrosesan yang dibutuhkan. Siswa tidak mempunyai kapasitas kognitif yang cukup untuk dilibatkan dalam pemrosesan esensial yang dibutuhkan untuk memahami materi tersebut. Solusi masalah di atas adalah membagi-bagi materi pelajaran menjadi beberapa bagian yang dapat diatur, misalnya dengan memberi tombol “Lanjutkan”.
     Prinsip pra-latihan menyarankan untuk memastikan siswa mengetahui nama dan karakteristik konsep-konsep penting (Clark & Mayer, 2011:212). Sebelum siswa belajar proses atau mengerjakan latihan pada suatu multimedia interaktif, hendaknya siswa diberi materi konsep-konsep penting berkaitan dengan proses yang akan dipelajari atau latihan yang akan dikerjakan. Contohnya, sebelum siswa melihat video demonstrasi cara membuat tabel basis data, siswa perlu mengetahui apa itu tabel, field, dan primary key.
     Clark & Mayer (2011:215) menyatakan bahwa pra latihan dapat membantu pemula untuk mengelola pemrosesan materi kompleks dengan mengurangi jumlah pemrosesan esensial yang mereka lakukan saat presentasi disajikan. Saat siswa sudah mengetahui apa itu primary key, mereka bisa mengalokasikan proses kognitif untuk membangun model mental bagaimana peran primary key dalam perancangan sebuah tabel. Dengan demikian, alasan diperlukannya prinsip pra-latihan adalah prinsip ini membantu pengelolaan pemrosesan esensial yang dilakukan siswa dengan mendistribusikan materi-materi ke dalam bagian pra-latihan dari materi pembelajaran.

h.  Prinsip perbedaan individual
     Pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah.Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi bisa menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk mengkompensasi atas kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa yang berpengetahuan rendah kurang bisa melakukan pemrosesan kognitif yang berguna saat presentasinya kurang petunjuk.
     Siswa yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi memiliki kapasitas kognitif untuk secara mental memadukan reprentasi verbal dan visual dari presentasi multimedia yang ada. Siswa yang berspasial rendah harus mengerahkan kapasitas kognitif yang begitu banyak untuk memahami apa yang disajikan.
     Terdapat lima tahap dalam merancang multimedia pembelajaran yaitu memilih kata – kata yang relevan dengan teks atau narasi yang tersaji, memilih gambar – gambar yang relevan dengan illustrasi yang tersaji, mengatur kata – kata yang terpilih tersebut ke dalam representasi verbal yang koheren, mengatur gambar – gambar yang terpilih tersebut ke dalam representasi visual yang koheren, dan memadukan representasi verbal dan representasi visual tersebut dengan pengetahuan – pengetahuan sebelumnya.